Senin, 09 Oktober 2017

Cinta dalam Jiwa Calon Pendidik (Jiwa yang Tegar)

          Ramzi ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika dengan postur tinggi, putih, tampansekaligus pintar melangkahkan kakinya menuju ruang kuliah.
“Hemm.. Sepi belum ada orang”, batinnya sambil menaruh tas di atas salah satu meja terdepan.
“Assalamualaikum...”, salam Salsabila salah satu mahasiswi dengang kerudung lebar hingga menutupi dadanya.
“Wa’alaikumsalam” jawab Ramzi dengan tetap menjaga menundukkan pandangannya. Menunndukan pandangan Ramzi lakukan untuk mengamalkan surat Al-Isra’ ayat 32[1]  yang telah ia hafal, selain itu karena ia ingin menghormati Salsabila sebagai sosok muslimah dan tentunya juga untuk menjahui perbuatan zina. Ramzi pun menunggu temannya yang lain di luar kelas.
“Eh brother Ramzi, lagi nunggu siapa?” Sapa salah satu temannya yang datang.
“Nunggu kamu lah Bro, belum ada teman di dalam”.
“Itu ada Salsabila?”
“Nggak sewajarnya kan aku berdua dengan seorang akhwat? Bukanya islam melarang sesuatu yang medekati zina?”
“Cieelah... Dakwah Pak Haji, hahaha”
“Looh.... Betul tidak?”
“Betul betul betul... Mendekati aja dilarang apalagi melakukan” jawab Azhil dengan tersenyum.

Kuliah dimulai Ramzi dan Azhil masuk ruang kuliah, mereka berdua mengikuti kuliah seperti biasanya dengan sungguh-sungguh. Ketika kuliah berlangsung ramzi sering diminta dosen untuk memimpin diskusi di kelasnya. Bahkan dia seolah-olah menjadi asisten dosen.

Kuliah telah selesai, Ramzi tidak langsung bangkit dari tempat duduknya, dia masih merapikan buku dan membersihkan tempat belajarnya. Walaupun seorang laki-laki yang gagah tapi sudah jadi kebiasaannya kalau berangkat bersih pulang pun juga harus bersih dan tentunya Ramzi juga menerapkan budaya bersih dilain hal. Ramzi sangat memahami An-nazhaafatu minal iiman[2] walaupun bukan merupakan hadist, tetapi secara makna adalah benar dan didalam hadist yang diriwayatkan oleh Tarmizi RA dikatakan bahwa “Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu[3] hadist tersebut telah ia hafal dan ia laksanakan.
Beberapa menit kemudian tak disangka dia hanya berdua saja di kelas bersama Salsabila, tanpa berlama-lama Ramzi langsung keluar dari ruang kelasnya, dia selalu memegang nasihat bahwa tidak baik laki–laki dan perempuan yang belum muhrim berdua berada dalam satu ruangan, semua itu untuk menjahui zina dan menghindari terjadinya khalwat[4]. Ramzi pun segera keluar dari ruang kuliah dengan cepat.
“Gubrak” terdengar suara dari depan pintu. Ramzi menabrak sesuatu dihadapanya dan terlihat banyak buku yang terjatuh.  “Siapakah sosok yang tertabrak ini?” Guman Ramzi, sedikit menoleh terlihat seorang mahasiswi berkacamata berambut pirang, dengan kulit putih dan berpakaian super ketat terjatuh bersama buku-bukunya, untungnya ketika terjatuh bajunya yang super ketat tidak sobek.
“Ma.. Maaf.. kamu gag kenapa-kenapa?” ucap  Ramzi sambil membantu memunguti buku yang terjatuh.”
“Gag kok, maaf saya tadi tidak melihat kalo ada kakak.” Jawab gadis tersebut sambil menatap Ramzi dan Ramzi pun langsung menundukan pandanganya. Beberapa saat kemudian ketika memunguti buku tanpa sangaja mereka mengambil satu buku yang sama, tiba-tiba keduanya terdiam, kaku dan saling menatap pandanganya. Beberapa detik kemudian Ramzi pun segera melepaskan buku tersebut. “Maaf” ucap mereka secara bersamaan, terlihat wajah keduanya nampak memerah malu.
Melihat ada temanya terjatuh, dengan sigap Salsabila yang tadinya masih berada didalam ruangan segera datang ikut membantu. “Eh Diva, lain kali hati-hati” kata Salasabila sambil berjalan mendekat. “Iya kak..” Jawab gadis tersebut.
Ramzi melanjutkan langkahnya. Teringat sosok gadis asing yang dia tabrak tadi siapakah gerangan? Bagaimana Salsabila mengenalnya? Dan kenapa tatapanya begitu aneh? Tiba-tiba Ramzi Istighfar “Astagfirullah hal adzim.. Ya Allah apa yang sedang saya pikirkan.. Ampunilah dosa hamba dan jauhkanlah hamba dari maksiat pikiran maupun maksiat hati.”

***
Pagi Surabaya, ramzi membuka jendela kamarnya. Malam telah berganti pagi, menyisakan embun pagi yang akan segera hilang tertelan hangatnya mentari. Kicauan burung terdengar mengalun, memberikan keindahan pagi itu. Ramzi menghampiri gadget, membuka account facebook, BBM dan instagram kemudian bergegas mandi untuk segera pergi kuliah.
Tiga jarum Jam tangan sudah menunjuk pukul 07.00 pagi. Setelah menyantap beberapa potong roti, Ramzi segera mengendarai Honda CBR menuju kampus. Hari ini Ramzi hendak berangkat lebih pagi karena hendak pergi ke perpustakaan kampus terlebih dahulu.
“Hey..” tiba-tiba Ramzi merasa seperti ada gadis yang memanggilnya.
“Assalamualaikum” ucap Ramzi sambil berbalik menyapa kearah suara yang memanggilnya tadi. Terlihat hanya ada gadis kacamata berambut pirang yang kemarin tertabrak denganya.
“Walaikumsalam” balas gadis tersebut sambil tersenyum manis..
“Ada apa mbak ?”
“Gak ada apa-apa kok, kenalkan aku Diva Nadilla” ucap gadis tersebut sambil mengulurkan tangan.
“Saya, Muhammad Ramzi Al-Mubarrok” jawab Ramzi sambil merapatkan kedua telapak tangannya di dada.
“Salam kenal kak” jawab gadis tersebut sambil menarik lagi uluran tangannya.
“Sudah dulu ya, saya harus segera mencari buku Psikologi Pendidikan untuk kuliah setelah ini” putus Ramzi berlalu meninggalkannya.
“Iya kak.” Jawab Diva sambil tersenyum manis melihat wajah ramzi.

***

Setelah selesai kuliah Ramzi selalu menyempatkan diri untuk sholat Dzuhur Berjamaah dan berkumpul dengan anggota LDK (Lembaga Dakwah Kampus), kebetulan Ramzi adalah ketua LDK. Ketika sedang memimpin diskusi tentang “Pentingnya amal sebelum berilmu” Ramzi melihat Salsabila yang merupakan anggota LDK datang bersama seorang akhwat berkacamata, Ramzi merasa seperti mengenal wajah dan kacamata tersebut. Lama melihat tiba-tiba Ramzi beristighfar “Astagfirullah hal’adzim... Ya Allah ampunilah hamba dari dosa maksiat mata...” guman Ramzi sambil menundukan kepala.
“Assalamualaikum kak Ramzi” sapa Salsabila.
“Wa’alaikumsalam, ada apa Sal?” balas Ramzi.
“Ada sahabat kita yang ingin bergabung, namanya Diva Nadilla” Salsabilla memperkenalkannya sambil jari jempolnya menunjuk kearah Diva. Ramzi hanya menolehkan wajahnya kearah Diva sambil tersenyum dan berkata “Selamat datang mbak Diva, semoga dengan bergabungnya Mbak Diva di LDK dapat bermanfaat bagi diri mbak Diva dan seluruh umat islam.” Diva pun hanya tersenyum seraya mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
Waktu begitu cepat berlalu, waktu Ashar telah datang dan Azan telah di kumandangkan. Mereka shalat berjamaah di masjid Baitul Makmur Unesa dengan Ramzi sebagai imam kemudian dilanjutkan dengan membaca beberapa ayat Al-Qur’an, ditutup dengan Dzikir bersama dan do’a kafaratul Majelis lalu pulang.
***
Sebulan telah berlalu. Ramzi melihat semenjak Diva bergabung dengan kegiatan LDK kini Diva mulai rajin pergi ke Masjid, rajin melakukan ibadah,dan telah memakai pakaian muslimah yang syar’i setiap pergi kuliah. Ini merupakan perubahan yang luar biasa bagi mahasiswi berkacamata yang dulu terlihat rambut pirangnya dan sering memakai pakaian ketat.
Jam istirahat ketika Ramzi asyik duduk di kantin sambil murojaah[5] hafalan Al-Qur’an. Tiba-tiba Ramzi mendengar sebuah salam.
“Assalamualaikum kak Ramzi...” Sapa Diva.
“Wa’alaikumsalam, iya ada apa Diva?” Jawab Ramzi
“Kak Ramzi, sebenernya Diva pengen ngomong sesuatu sama kakak” Diva memulai obrolan dengan sedikit malu.
“Iya silahkan Diva..”
“Kak Ramzi sebenarnya Diva suka sama kakak, semenjak saat pertama kita tabrakan dulu. Dan semua yang Diva lakukan merupakan cara agar Diva bisa dekat sama kakak. Entahlah mungkin Allah tidak akan pernah menerima ibadah Diva karena selama ini niatnya hanya untuk bisa dekat sama kak Ramzi dan kakak bisa suka sama Diva. Sekarang Diva telah ungkapkan perasaan Diva sama kakak dan apakah kakak mau....” Tiba-tiba Diva menghentikan penjelasanya. Suasana tiba-tiba menjadi hening-diam. Ramzi seolah-olah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh mahasiswi yang baru masuk LDK tersebut.
“Astaghfirullah.. ampuni dosa hamba Ya Allah.. dan jauhkanlah hamba dari fitnah wanita” do’a Ramzi dalam hati. Setelah diam beberapa detik akhirnya Ramzi membuka mulut untuk bicara “saya gag percaya dengan apa yang saya dengar, kenapa kamu harus melakukan semua ini?” balas Ramzi seperti tidak percaya. “Mohon maaf Diva, kakak tidak bisa, kakak sudah berkomitmen untuk tidak pacaran dan memfokuskan diri untuk tholabul ‘ilmi[6] dan berdakwah.”
“Iya kak, Diva mengerti dan Diva juga tahu kalau klo selama ini Diva salah”
“Nggak ada yang salah kok. Seharusnya kamu bersyukur sama Allah, mungkin inilah caraNya untuk mendekatkan kamu padaNya. Sekarang, kamu harus terus melanjutkan ibadahmu dan perbaiki niat ibadahmu karena Allah”
“Iyah kak, terimakasih atas semua bimbingannya selama ini. Kakak tidak akan berhentikan membimbing Diva agar bisa dekat sama Allah?”
“Insya Allah, selama kamu masih mau belajar dan ingat.. Tidak cuma ada kakak, itu ada Salsabila, ada Ustad Imam, ada Ustadzah Laily dan masih banyak lagi.  Yuk, mari bersama-sama belajar untuk mendekatkan diri pada Allah.”
“Iyah kak” putus Diva.
Dalam batinya Ramzi berdoa semoga rasa yang ada dalam diri Diva akan segera menghilang. Sekarang Diva harus belajar untuk melupakan perasaan itu, belajar untuk jadi jiwa yang tegar, belajar untuk bisa menjadi lebih baik, dan tentu belajar untuk lebih dekat dan mencintai Allah.
 ....
bersambung...
IG: @tamimzainuddin



[1] “Janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk” QS. Al-Israa’ [17]: 32

[2] Kebersihan adalah sebagian dari iman
[3] HR. Tirmizi
[4] pertemuan laki-laki dan perempuan secara berduaan tanpa adanya kehadiran orang lain di ruang tertutup
[5] Mengulang hafalan Al-Qur’an sudah dipunya dengan tujuan agar hafalan semakin kuat.
[6] Menuntut Ilmu

2 komentar: