Ramzi
ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika dengan postur tinggi, putih,
tampansekaligus pintar melangkahkan kakinya menuju ruang kuliah.
“Hemm..
Sepi belum ada orang”, batinnya sambil menaruh tas di atas salah satu meja
terdepan.
“Assalamualaikum...”,
salam Salsabila salah satu mahasiswi dengang kerudung lebar hingga menutupi
dadanya.
“Eh brother
Ramzi, lagi nunggu siapa?” Sapa salah satu temannya yang datang.
“Nunggu
kamu lah Bro, belum ada teman di dalam”.
“Itu
ada Salsabila?”
“Nggak
sewajarnya kan aku berdua dengan seorang akhwat? Bukanya islam melarang sesuatu
yang medekati zina?”
“Cieelah...
Dakwah Pak Haji, hahaha”
“Looh....
Betul tidak?”
“Betul
betul betul... Mendekati aja dilarang apalagi melakukan” jawab Azhil dengan
tersenyum.
Kuliah
dimulai Ramzi dan Azhil masuk ruang kuliah, mereka berdua mengikuti kuliah
seperti biasanya dengan sungguh-sungguh. Ketika kuliah berlangsung ramzi sering
diminta dosen untuk memimpin diskusi di kelasnya. Bahkan dia seolah-olah
menjadi asisten dosen.
Kuliah
telah selesai, Ramzi tidak langsung bangkit dari tempat duduknya, dia masih
merapikan buku dan membersihkan tempat belajarnya. Walaupun seorang laki-laki
yang gagah tapi sudah jadi kebiasaannya kalau berangkat bersih pulang pun juga
harus bersih dan tentunya Ramzi juga menerapkan budaya bersih dilain hal.
Ramzi sangat memahami An-nazhaafatu minal iiman[2]
walaupun bukan merupakan hadist, tetapi secara makna adalah benar dan didalam
hadist yang diriwayatkan oleh Tarmizi RA dikatakan bahwa “Sesungguhnya Allah
SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai
kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai
keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu”[3] hadist
tersebut telah ia hafal dan ia laksanakan.
Beberapa
menit kemudian tak disangka dia hanya berdua saja di kelas bersama Salsabila, tanpa
berlama-lama Ramzi langsung keluar dari ruang kelasnya, dia selalu memegang
nasihat bahwa tidak baik laki–laki dan perempuan yang belum muhrim berdua
berada dalam satu ruangan, semua itu untuk menjahui zina dan menghindari
terjadinya khalwat[4].
Ramzi pun segera keluar dari ruang kuliah dengan cepat.
“Gubrak”
terdengar suara dari depan pintu. Ramzi menabrak sesuatu dihadapanya dan
terlihat banyak buku yang terjatuh.
“Siapakah sosok yang tertabrak ini?” Guman Ramzi, sedikit menoleh
terlihat seorang mahasiswi berkacamata berambut pirang, dengan kulit putih dan berpakaian
super ketat terjatuh bersama buku-bukunya, untungnya ketika terjatuh bajunya
yang super ketat tidak sobek.
“Ma..
Maaf.. kamu gag kenapa-kenapa?” ucap
Ramzi sambil membantu memunguti buku yang terjatuh.”
“Gag
kok, maaf saya tadi tidak melihat kalo ada kakak.” Jawab gadis tersebut sambil
menatap Ramzi dan Ramzi pun langsung menundukan pandanganya. Beberapa saat
kemudian ketika memunguti buku tanpa sangaja mereka mengambil satu buku yang
sama, tiba-tiba keduanya terdiam, kaku dan saling menatap pandanganya. Beberapa
detik kemudian Ramzi pun segera melepaskan buku tersebut. “Maaf” ucap mereka
secara bersamaan, terlihat wajah keduanya nampak memerah malu.
Melihat
ada temanya terjatuh, dengan sigap Salsabila yang tadinya masih berada didalam
ruangan segera datang ikut membantu. “Eh Diva, lain kali hati-hati” kata
Salasabila sambil berjalan mendekat. “Iya kak..” Jawab gadis tersebut.
Ramzi
melanjutkan langkahnya. Teringat sosok gadis asing yang dia tabrak tadi siapakah
gerangan? Bagaimana Salsabila mengenalnya? Dan kenapa tatapanya begitu aneh?
Tiba-tiba Ramzi Istighfar “Astagfirullah hal adzim.. Ya Allah apa yang sedang
saya pikirkan.. Ampunilah dosa hamba dan jauhkanlah hamba dari maksiat pikiran
maupun maksiat hati.”
***
Pagi
Surabaya, ramzi membuka jendela kamarnya. Malam telah berganti pagi, menyisakan
embun pagi yang akan segera hilang tertelan hangatnya mentari. Kicauan burung
terdengar mengalun, memberikan keindahan pagi itu. Ramzi menghampiri gadget,
membuka account facebook, BBM dan instagram kemudian bergegas mandi untuk
segera pergi kuliah.
Tiga
jarum Jam tangan sudah menunjuk pukul 07.00 pagi. Setelah menyantap beberapa
potong roti, Ramzi segera mengendarai Honda CBR menuju kampus. Hari ini Ramzi
hendak berangkat lebih pagi karena hendak pergi ke perpustakaan kampus terlebih
dahulu.
“Hey..”
tiba-tiba Ramzi merasa seperti ada gadis yang memanggilnya.
“Assalamualaikum”
ucap Ramzi sambil berbalik menyapa kearah suara yang memanggilnya tadi.
Terlihat hanya ada gadis kacamata berambut pirang yang kemarin tertabrak denganya.
“Walaikumsalam”
balas gadis tersebut sambil tersenyum manis..
“Ada
apa mbak ?”
“Gak
ada apa-apa kok, kenalkan aku Diva Nadilla” ucap gadis tersebut sambil
mengulurkan tangan.
“Saya,
Muhammad Ramzi Al-Mubarrok” jawab Ramzi sambil merapatkan kedua telapak
tangannya di dada.
“Salam
kenal kak” jawab gadis tersebut sambil menarik lagi uluran tangannya.
“Sudah
dulu ya, saya harus segera mencari buku Psikologi Pendidikan untuk kuliah setelah
ini” putus Ramzi berlalu meninggalkannya.
“Iya
kak.” Jawab Diva sambil tersenyum manis melihat wajah ramzi.
***
Setelah
selesai kuliah Ramzi selalu menyempatkan diri untuk sholat Dzuhur Berjamaah dan
berkumpul dengan anggota LDK (Lembaga Dakwah Kampus), kebetulan Ramzi adalah
ketua LDK. Ketika sedang memimpin diskusi tentang “Pentingnya amal sebelum
berilmu” Ramzi melihat Salsabila yang merupakan anggota LDK datang bersama
seorang akhwat berkacamata, Ramzi merasa seperti mengenal wajah dan kacamata
tersebut. Lama melihat tiba-tiba Ramzi beristighfar “Astagfirullah hal’adzim...
Ya Allah ampunilah hamba dari dosa maksiat mata...” guman Ramzi sambil
menundukan kepala.
“Assalamualaikum
kak Ramzi” sapa Salsabila.
“Wa’alaikumsalam,
ada apa Sal?” balas Ramzi.
“Ada
sahabat kita yang ingin bergabung, namanya Diva Nadilla” Salsabilla
memperkenalkannya sambil jari jempolnya menunjuk kearah Diva. Ramzi hanya
menolehkan wajahnya kearah Diva sambil tersenyum dan berkata “Selamat datang
mbak Diva, semoga dengan bergabungnya Mbak Diva di LDK dapat bermanfaat bagi
diri mbak Diva dan seluruh umat islam.” Diva pun hanya tersenyum seraya
mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
Waktu
begitu cepat berlalu, waktu Ashar telah datang dan Azan telah di kumandangkan. Mereka
shalat berjamaah di masjid Baitul Makmur Unesa dengan Ramzi sebagai imam
kemudian dilanjutkan dengan membaca beberapa ayat Al-Qur’an, ditutup dengan Dzikir
bersama dan do’a kafaratul Majelis lalu pulang.
***
Sebulan
telah berlalu. Ramzi melihat semenjak Diva bergabung dengan kegiatan LDK kini Diva
mulai rajin pergi ke Masjid, rajin melakukan ibadah,dan telah memakai pakaian
muslimah yang syar’i setiap pergi kuliah. Ini merupakan perubahan yang luar
biasa bagi mahasiswi berkacamata yang dulu terlihat rambut pirangnya dan sering
memakai pakaian ketat.
Jam
istirahat ketika Ramzi asyik duduk di kantin sambil murojaah[5]
hafalan Al-Qur’an. Tiba-tiba Ramzi mendengar sebuah salam.
“Assalamualaikum kak Ramzi...” Sapa Diva.
“Wa’alaikumsalam,
iya ada apa Diva?” Jawab Ramzi
“Kak
Ramzi, sebenernya Diva pengen ngomong sesuatu sama kakak” Diva memulai obrolan
dengan sedikit malu.
“Iya
silahkan Diva..”
“Kak
Ramzi sebenarnya Diva suka sama kakak, semenjak saat pertama kita tabrakan
dulu. Dan semua yang Diva lakukan merupakan cara agar Diva bisa dekat sama
kakak. Entahlah mungkin Allah tidak akan pernah menerima ibadah Diva karena
selama ini niatnya hanya untuk bisa dekat sama kak Ramzi dan kakak bisa suka
sama Diva. Sekarang Diva telah ungkapkan perasaan Diva sama kakak dan apakah
kakak mau....” Tiba-tiba Diva menghentikan penjelasanya. Suasana tiba-tiba
menjadi hening-diam. Ramzi seolah-olah tidak percaya dengan apa yang dikatakan
oleh mahasiswi yang baru masuk LDK tersebut.
“Astaghfirullah..
ampuni dosa hamba Ya Allah.. dan jauhkanlah hamba dari fitnah wanita” do’a
Ramzi dalam hati. Setelah diam beberapa detik akhirnya Ramzi membuka mulut
untuk bicara “saya gag percaya dengan apa yang saya dengar, kenapa kamu harus
melakukan semua ini?” balas Ramzi seperti tidak percaya. “Mohon maaf Diva,
kakak tidak bisa, kakak sudah berkomitmen untuk tidak pacaran dan memfokuskan
diri untuk tholabul ‘ilmi[6]
dan berdakwah.”
“Iya
kak, Diva mengerti dan Diva juga tahu kalau klo selama ini Diva salah”
“Nggak
ada yang salah kok. Seharusnya kamu bersyukur sama Allah, mungkin inilah
caraNya untuk mendekatkan kamu padaNya. Sekarang, kamu harus terus melanjutkan
ibadahmu dan perbaiki niat ibadahmu karena Allah”
“Iyah
kak, terimakasih atas semua bimbingannya selama ini. Kakak tidak akan
berhentikan membimbing Diva agar bisa dekat sama Allah?”
“Insya
Allah, selama kamu masih mau belajar dan ingat.. Tidak cuma ada kakak, itu ada
Salsabila, ada Ustad Imam, ada Ustadzah Laily dan masih banyak lagi. Yuk, mari bersama-sama belajar untuk
mendekatkan diri pada Allah.”
“Iyah
kak” putus Diva.
Dalam
batinya Ramzi berdoa semoga rasa yang ada dalam diri Diva akan segera
menghilang. Sekarang Diva harus belajar untuk melupakan perasaan itu, belajar
untuk jadi jiwa yang tegar, belajar untuk bisa menjadi lebih baik, dan tentu
belajar untuk lebih dekat dan mencintai Allah.
....
bersambung...
IG: @tamimzainuddin
[1] “Janganlah
kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan
yang buruk” QS. Al-Israa’ [17]: 32
[2]
Kebersihan adalah sebagian dari iman
[3] HR.
Tirmizi
[4] pertemuan
laki-laki dan perempuan secara berduaan tanpa adanya kehadiran orang lain di
ruang tertutup
[5]
Mengulang hafalan Al-Qur’an sudah dipunya dengan tujuan agar hafalan semakin
kuat.
[6] Menuntut
Ilmu
Bagus ustadzzz... Pengen tau kelanjutannya hihi 😁😁
BalasHapusSetuju 😃
BalasHapus